Thursday, October 27, 2011

tafsir makna honocoroko


 
 
Originally Posted by lapenzboy View 
Post 
nambah info soal tafsir makna honocoroko, gan:


Ha ==>Hana hurip wening suci (adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci)
Na ==>Nur candra,gaib candra,warsitaning candara (pengharapan manusia hanya selalu ke
sinar Illahi)
Ca ==>Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi (satu arah dan tujuan pada Yang Maha
Tunggal)
Ra ==>Rasaingsun handulusih (rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani)
Ka ==>Karsaningsun memayuhayuning bawana (hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam)
Da ==>Dumadining dzat kang tanpa winangenan (menerima hidup apa adanya)
Ta ==>Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa (mendasar, totalitas,satu visi, ketelitian dalam
memandang hidup)
Sa ==>Sifat ingsun handulu sifatullah (membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan)
Wa ==>Wujud hana tan kena kinira (ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa
tanpa batas)
La ==>Lir handaya paseban jati (mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi)
Pa ==>Papan kang tanpa kiblat (Hakekat Allah yang ada disegala arah)
Dha==>Dhuwur wekasane endek wiwitane (Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar)
Ja ==>Jumbuhing kawula lan Gusti (selalu berusaha menyatu -memahami kehendak Nya)
Ya ==>Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi (yakin atas titah /kodrat Illahi)
Nya==>Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki (memahami kodrat kehidupan)
Ma ==>Madep mantep manembah mring Ilahi (yakin dan mantap dalam menyembah Ilahi)
Ga ==>Guru sejati sing muruki (belajar pada guru nurani)
Ba ==>Bayu sejati kang andalani (menyelaraskan diri pada gerak alam)
Tha==>Tukul saka niat (sesuatu harus dimulai tumbuh dari niatan)
Nga==>Ngracut busananing manungso (melepaskan egoisme pribadi manusia)

Filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka Paku Buwana IX Filsafat ha-na-ca-ka-ra yang diungkapan Paku Buwana IX dikutip oleh Yasadipura sebagai bahan sarasehan yang diselenggarakan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta pada tanggal, 13 Juli 1992. Judul makalah yang dibawakan Yasadipura adalah ” Basa Jawi Hing Tembe Wingking Sarta Haksara Jawi kang Mawa Tuntunan Panggalih Dalem Hingkang Sinuhun Paku Buwana IX Hing Karaton Surakarta Hadiningrat “. Dalam makalah itu dikemukakan oleh Yasadipura ( 1992 : 9 - 10 ) bahwa Paku Buwana IX memberikan ajaran ( filsafat hidup ) berdasarkan aksara ha-na-ca-ra-ka dan seterusnya,
yang dimulai dengan tembang kinanthi, sebagai berikut.
Nora kurang wulang wuruk
Tumrape wong tanah Jawi
Laku-lakune ngagesang
Lamun gelem anglakoni
Tegese aksara Jawa
Iku guru kang sejat
i
yang kalo dalam bahasa indonesia berarti :
tak kurang piwulang dan ajaran
bagi orang tanah Jawa
perilaku dalam kehidupan
jika mau menjalaninya
maknanya aksara Jawa
itu guru yang sejati
Ajaran filsafat hidup berdasarkan aksara Jawa itu sebagai berikut :
Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada ” utusan ” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk
bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan )
 
copy paste sepenuhnya dari http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2535177

Tuesday, October 25, 2011

Puisi untuk Bunda [Adolf Hitler]

Denk‘ es

Wenn deine Mutter alt geworden
Und älter du geworden bist
Wenn ihr, was früher leicht und mühelos
Nunmehr zur Last geworden ist
Wenn ihre lieben, treuen Augen
Nicht mehr, wie einst, ins Leben seh‘n
Wenn ihre müd‘ gewordenen Füsse
Sie nicht mehr tragen woll‘n beim Geh‘n
Dann reiche ihr den Arm zur Stütze
Geleite sie mit froher Lust
Die Stunde kommt, da du sie weinend
Zum letzten Gang begleiten mußt

Und fragt sie dich, so gib‘ ihr Antwort
Und fragt sie wieder, sprich auch du
Und fragt sie nochmals, steh‘ ihr Rede
Nicht ungestüm, in sanfter Ruhe
Und kann sie dich nicht recht verstehen
Erklär‘ ihr alles froh bewegt
Die Stunde kommt, die bitt're Stunde
Da dich ihr Mund nach nichts mehr frägt!

-- Adolf Hitler

The Mother

"When your mother has grown older,
When her dear, faithful eyes
no longer see life as they once did,
When her feet, grown tired,
No longer want to carry her as she walks -

Then lend her your arm in support,
Escort her with happy pleasure.
The hour will come when, weeping, you
Must accompany her on her final walk.

And if she asks you something,
Then give her an answer.
And if she asks again, then speak!
And if she asks yet again, respond to her,
Not impatiently, but with gentle calm.

And if she cannot understand you properly
Explain all to her happily.
The hour will come, the bitter hour,
When her mouth asks for nothing more."

Adolf Hitler, 1923.

source:
http://forum.axishistory.com/viewtopic.php?f=23&t=131946