Tuesday, May 22, 2012

Yang Sudah Terjadi, Terjadilah...

Iseng ku masuk ke akunmu. Pengen kulihat deretan pesan dari dia. Sebenernya udah dari lama kau kasih passwordmu, tapi entah kenapa hari ini aku pengen iseng membuka pesan-pesan yang menjadi percakapan antara kamu dan dia. Kubaca dari awal kalimat demi kalimat yang tersimpan otomatis di history, dan tentunya itu tidak lengkap. Hanya sepotong percakapan yang telah menjadi sebelum kita kenal dan sudah masa lalu....
Satu persatu ku sisir kalimat yang ada, seiring itu pula memerah kupingku menahan api cemburu. Engkau yang kukenal memohon, mengiba dan memanja ke dia. suatu hal yang sangat gak elo banget. Dimana posisi yang butuh adalah engkau sayang...sampai untuk panggilan yang kau pakai sekarang (mamas) pun sudah kau gunakan terlebih dahulu untuknya. Aku sedikit gak nyaman dengan hal ini dan aku jadi tambah gak nyaman ketika kau panggil aku "mamas". Aku merasa gak terima disamakan dengan dia. Dia telah melecehkan kamu sayang...bahkan ketika kau buatkan dia sebuah catatan, dan kau kirimkan firman-firman yang (sekali lagi) gak elo banget sayang...tambah merah ini kuping. Pengen aku teriakkan "JANGAN KAU PANGGIL AKU MAMAS!!!" sayang. Aku bener-bener gak nyaman. Dan aku bukan dia sayang. Sempat terpikir olehku meminta engkau mengganti panggilan ke aku dengan kata lain, asal tidak sama dengan panggilan kamu ke dia. Terus aku baca dan aku terdiam di kalimat dimana kau mengharap bisa ketemu dia. Kau yang mengharap sayang.... Mata terus menyisir dan menemukan bagian lain yang bercerita betapa kelimpungannya engkau ketika gak ada kabar dari dia atau dia gak ngebales smsmu sayang... Dan yang seru, kau dan dia sudah saling memanggil dengan panggilan mesra (yang tertangkap kupingku). Jika aku sebagai laki-lakinya, aku merasa hargaku tinggi sekali, sampai ada perempuan sempurna sepertimu berharap banyak, malah kelewat banyak sekali, sayang. Dan tak cuma satu perempuan saja yang mengharap cintanya. Padahal kau dan dia belum pernah ketemu sama sekali, baru sebatas di dunia maya, dan sudah semesra itu dan sebanyak itu engkau berharap sayang.
Kenangan tentang dia yang aku alami sendiri menyengat tajam, ketika ingat kenapa dulu engkau yang menghamba sekarang dia malah menempuh jalan yang menurutku cemen. Dia kirim pesan ke aku kalo dia pengen silaturahmi. Kalo memang dia punya niat silaturahmi, kenapa gak langsung aja ke aku, kenapa musti lewat sepupumu sayang. Pernah dia telpun, aku angkat malah langsung ditutup telponnya. Ato dia pengen silaturahmi dengamu saja sayang? Apa dia gak mandang aku? Atau dia punya niatan jelek pengen mengganggu kita? (maaf kalo jadi murni berburuk sangka)
Pada akhirnya, biarlah yang sudah terjadi, terjadilah. Aku yakin sepenuhnya kalo hatimu hanya untukku sayang. Demikian juga sebaliknya. Aku belajar untuk memaafkan keadaan yang menurutku kurang pas. Anggaplah ini adalah ujian keikhlasan. Yang terjadi, terjadilah… itu semua yang diatas hanya secuil cerita yang sudah terjadi di masa lalu. Yang pasti, sekarang marilah kita menjalani kehidupan sekarang sebaik-baiknya dan berdoa agar setiap persoalan yang timbul di masa sekarang dan yang akan datang dapat dilalui dengan baik. Baik buat kita, baik juga menurut Yang Punya Hidup. Amien.